al Madrasah al Insaaniyyah

Sabtu, 20 November 2010

Peter Veana, Peserta Konvoi Kemanusiaan ke Gaza Memeluk Islam


Peter Veana, Peserta Konvoi Kemanusiaan ke Gaza Memeluk Islam
Istanbul- Ahad 23 mei 2010. Jam 10 malam waktu Istanbul, di hadapan pejabat IHH Insani Yardim Vakfi di Fateh, bersempena dengan keberangkatan konvoi bantuan kemanusiaan ke Gaza, telah diadakan acara kesyukuran sempena kemasukan Peter Veana, 63 tahun, ke dalam agama Islam. Peter yang merupakan seorang berasal daripada Isle of Wights di Selatan England, kemudiannya menukar nama beliau kepada Muhammad Fatih.

Acara tersebut berlangsung sederhana dan sangat mengharukan, di antara anggota rombongan ada yang memberikan hadiah spontan berupa kopiah, baju jubah dan tasbih. Turut hadir memberikan ucapan tahniah dan doa selamat kepada Peter termasuklah Dr. Nawaf Takruri Ketua Persatuan Ulama Palestina di Syria, Syekh Abdul Ghani Atamimi Ketua Persatuan Ulama Palestina di Luar Negeri, dan juga hadir Ust Ferry Nur, ketua KISPA Indonesia.

Laungan takbir bergema di depan pejabat IHH pada malam itu sebagai ungkapan haru atas hidayah dan anugerah yang telah diberikan Allah kepada Muhammad Fatih. Beliau pernah menyertai rombongan Viva Palestina ke-3 pada bulan Januari tahun 2010 yang lalu, sekarang dengan penuh kesedaran yang tinggi masuk ke dalam agama Islam


http://www.lifeline4gaza.org/2010/05/25/peter-vanner-peserta-konvoi-kemanusiaan-ke-gaza-memeluk-islam/
Maksud Hati Pergi ke Gaza, Peter Malah Mendapat Hidayah
Wednesday, 26 May 2010 08:35 Viva Palestina . Peter mengucapkan Syahadat Ahad malam (23/5) di depan markas IHH (Insani Yardim Vakfi) sesudah mengikut shalat maghrib

Sahabat Al-Aqsha & Hidayatullah.com—Seorang peserta kafilah kapal kemanusiaan dua malam yang lalu memutuskan memeluk Islam. Peter Veana, 63 tahun, berasal dari the Isle of Wight, Inggris, adalah alumnus konvoi kemanusiaan Viva Palestina yang berhasil masuk ke Gaza bulan Januari 2010 lalu, dan kini ikut lagi dalam konvoi “Armada Kemerdekaan” menuju Gaza.

Peter mengucapkan Syahadat Ahad malam (23/5) di depan markas IHH (Insani Yardim Vakfi) sesudah mengikut shalat maghrib berjamaah di Masjid Sultan Muhammad Al-Fatif. Karena itu, beberapa orang yang hadir langsung mengusulkan untuk memberi nama Islam kepadanya, Muhammad Fatih.

Pengucapan syahadat Peter dibimbing oleh Adnan, sahabatnya asal Pakistan yang bersama-sama dengannya saat ikut Konvoi Viva Palestina awal tahun ini. “Banyak rekan serombongan yang mengajak saya masuk Islam, tetapi Adnan yang paling getol,” kata Peter kepada Sahabat Al-Aqsha & Hidayatullah.com.

Waktu yang panjang selama konvoi karena jadual perjalanan yang sering molor menunggu negosiasi-negosiasi dengan pemerintah Mesir dan Israel, memberikan cukup waktu bagi Peter untuk mendengarkan berbagai penjelasan tentang Islam.

Pengucapan Syahadat Peter di depan markas IHH disaksikan oleh Fahmi Bulent Yildirim yang sedang lewat di depan Peter dan kawan-kawan. Karena saat itu kerumunan peserta kafilah semakin ramai, maka acara spontan menyambut Peter memeluk Islam menjadi semakin meriah.

Gemuruh teriakan takbir berkali-kali menyemarakkan jalan di depan markas IHH. Bendera-bendera Palestina dan Turki ikut menyaksikan. Seorang staf IHH berkeliling membawa nampan berisi camilan manis khas Turki, sambil mengumumkan keIslaman Peter.

Ketika ditanya kenapa perlu 4 bulan untuk meyakinkannya agar mengucap kalimat Syahadat, Peter menjawab, “Sejak tiba di Gaza saya mengalami pendalaman-pendalaman pemikiran yang sangat cepat.”

“Bahkan,” lanjutnya, “saya sudah sering ikut berwudu dan mengerjakan shalat bersama kawan-kawan Muslim saya.”

Menurut Peter… eh Fatih, sejak berkenalan serius dengan Islam dalam konvoi ke Gaza 4 bulan silam, pancainderanya seperti semakin sensitif merasakan perubahan-perubahan peradaban. “Saat ini di segala aspek kehidupan Barat, dari mana saya berasal, sedang menuju kerusakan dan kehancuran. Lihat saja bagaimana Barat mendiamkan pembantaian terhadap Gaza,” jelasnya Fatih. “Sedangkan Islam, di mata saya semakin terlihat keindahannya di segala aspek kehidupan.”

Fatih bukan cuma berpikir dan beretorika. Selama sebulan terakhir ia berkeliling di the Isle of Wight, menyampaikan kepada penduduk kota tempat tinggalnya itu, memutar film, berceramah, menyebar brosur dan mengumpulkan dana sebesar 20 ribu poundsterling untuk dibelikan semen ke Gaza.

Keesokan siangnya, sesudah ia bersyahadat, dan sesudah semalam suntuk di dalam bis dari Istanbul ke Antalya, Sahabat Al-Aqsha & Hidayatullah.com bertanya kepada Fatih, bagaimana rasanya bangun tadi pagi sebagai seorang Muslim? “Saya merasa sedang berjalan semakin dekat kepada Allah, kepada kebenaran. Semua sekarang terlihat jelas…”

Lalu seorang peserta kafilah dari Malaysia mendatangi Peter, memeluknya, seraya berkata, “Peter, kamu sekarang lebih mulia dari kami, karena kami berlumuran dosa, sedangkan kamu bersih seperti bayi… Selamat, dan jangan lupa doakan kami.” [Laporan Dzikrullah, Santi Soekanto, Surya Fachrizal/hidayatullah.com]

Peter Veana (melihat ke arah kamera) kini Muhammad Fatih, beberapa saat sesudah bersyahadat di depan Markas IHH. Foto: Sahabatalaqsha.com & Hidayatullah.com

Salurkan Bantuan Anda untuk Palestina melalui; Sahabat Al-Aqsha & Hidayatullah.com


http://www.hidayatullah.com/berita/viva-palestina/11849-maksud-hati-pergi-ke-gaza-peter-malah-mendapat-hidayah

Seorang peserta konvoi kemanusiaan dua malam yang lalu memutuskan memeluk Islam. Peter Veana, 63 tahun, berasal dari the Isle of Wight, Inggeris, adalah alumnus konvoi kemanusiaan Viva Palestina yang berhasil masuk ke Gaza bulan Januari 2010 lalu, dan kini ikut lagi dalam konvoi “Armada Kemerdekaan” menuju Gaza.

Peter mengucapkan Syahadat Ahad malam (23/5) di depan markas IHH (Insani Yardim Vakfi) sesudah mengikut shalat maghrib berjamaah di Masjid Sultan Muhammad Al-Fatif. Karena itu, beberapa orang yang hadir langsung mengusulkan untuk memberi nama Islam kepadanya, Muhammad Fatih.

Menurut Peter… eh Fatih, sejak berkenalan serius dengan Islam dalam konvoi ke Gaza 4 bulan silam, pancainderanya seperti semakin sensitif merasakan perubahan-perubahan peradaban. “Saat ini di segala aspek kehidupan Barat, dari mana saya berasal, sedang menuju kerusakan dan kehancuran. Lihat saja bagaimana Barat mendiamkan pembantaian terhadap Gaza,” jelasnya Fatih. “Sedangkan Islam, di mata saya semakin terlihat keindahannya di segala aspek kehidupan.”

Fatih bukan cuma berpikir dan beretorika. Selama sebulan terakhir ia berkeliling di the Isle of Wight, menyampaikan kepada penduduk kota tempat tinggalnya itu, memutar film, berceramah, menyebar brosur dan mengumpulkan dana sebesar 20 ribu pound sterling untuk dibelikan semen ke Gaza.

Keesokan siangnya, sesudah ia bersyahadat, dan sesudah semalam suntuk di dalam bis dari Istanbul ke Antalya, Sahabat Al-Aqsha & Hidayatullah.com bertanya kepada Fatih, bagaimana rasanya bangun tadi pagi sebagai seorang Muslim? “Saya merasa sedang berjalan semakin dekat kepada Allah, kepada kebenaran. Semua sekarang terlihat jelas…”

Lalu seorang peserta kafilah dari Malaysia mendatangi Peter, memeluknya, seraya berkata, “Peter, kamu sekarang lebih mulia dari kami, karena kami berlumuran dosa, sedangkan kamu bersih seperti bayi… Selamat, dan jangan lupa doakan kami.”

0 Ulasan:

Catat Ulasan

Langgan Catat Ulasan [Atom]

<< Laman utama